Senin, 20 Oktober 2014

JIKA KAU BERTAHAN HIDUP, INGATLAH BAHWA AKU MENCINTAIMU’

ilustrasi @anteppress

Bencana selalu menyisakan luka. Selalu ada kisah dan cerita yang mengiringinya. Manis dan pahit sejatinya adalah dinamika yang silih berganti. Maka dalam kepahitan peristiwa, selalu ada manis yang layak untuk diteladani dan dikenang. Begitupun sebaliknya, dalam kebahagiaan kisah, barangkali ada getir yang mengiringi.
Bencana tsunami yang melanda negeri Jepang tahun 2011 merupakan bencana terbesar sejak 140 tahun di negara itu. Meski sekarang mereka telah berhasil keluar dari krisis yang disebabkannya, banyak kisah inspiratif yang kemudian beredar sebagai sebuah kenyataan perjuangan.
Beberapa saat setelah keadaan memungkinkan untuk dilakukan evakuasi, tim pencari korban terus merangsek ke segala penjuru. Tak terkecuali, rumah-rumah yang roboh menjadi sasaran pencarian mereka.
Di salah satu rumah itu, terlihatlah sesosok tubuh dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangannya menyanggah bangunan yang roboh. Ia tampak melindungi sesuatu. Dengan antusias, anggota tim mendatanginya, berharap sosok itu masih bernyawa. Ternyata, tubuhnya sudah dingin dan tak ada tanda-tanda kehidupan dalam sosok itu.
Tim pun beranjak menuju tempat lain, berpikir mencari korban yang barangkali masih bisa diselamatkan secepat mungkin. Namun, entah karena dorongan apa, sang komandan tim kembali kepada sosok membungkuk yang sudah tak bernyawa itu.
Setelah memerhatikan dengan saksama, ternyata ia tengah melindungi bayi yang tengah tertidur pulas. Sesegera mungkin, ia memerintahkan timnya untuk melakukan evakuasi secepat mungkin untuk menyelamatkan sang bayi. Ternyata bayi yang terlindungi itu terlelap dalam tidurnya di tengah reruntuhan bangunan.
Berkat kerjasama nan sinergi, bayi itu pun berhasil dikeluarkan dengan tanpa luka sedikit pun. Ia juga tak terbangun dari tidur nyenyaknya itu. Ketika diangkat untuk digendong oleh salah satu tim, ternyata di balik selimut sang bayi terdapat ponsel yang sepertinya sengaja diselipkan.
Sebab penasaran, diambillah ponsel tersebut. Selepas dibuka, ada pesan tersimpan di draft pesan. Sosok pembuka pertama, sama sekali tak bisa berkata-kata selepas membaca pesan itu. Ia hanya mengulurkan ponsel itu agar dibaca oleh rekannya. Hingga ponsel itu berkeliling kepada seluruh tim, semuanya masih terdiam.
Ternyata, sosok yang membungkuk seraya melindungi sang bayi adalah ibunya. Pesan dalam ponsel itu juga sengaja ditulisnya untuk disampaikan kepada sang anak, kelak selepas ia dewasa. Di dalam ponsel itu, tertulis jelas sebuah pesan cinta, “Jika kau bertahan hidup, ingatlah bahwa aku mencintaimu.”
Begitulah ibu. Kasih sayangnya sepanjang masa. Cintanya sama sekali tak bertepi. Pengorbanannya benar-benar tak tergantikan oleh apa pun. Semoga seluruh ibu di dunia ini senantiasa diberkahi oleh Allah Yang Mahakuasa. [Pirman]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar